Pada dasarnya, coba analogikan sebuah 
host sebagai sebuah rumah. Lalu anggap saja sebuah jaringan 
LAN
sebagai sebuah jalan kecil atau gang. Rumah berada di gang sempit yang
terhubung pada jalan protokol. Beberapa jalan protokol terhubung ke
sebuah jalan propinsi. Itulah 
WAN,
secara simpel, dimana setiap host terhubung secara hirarikal satu sama
lain dalam suatu kota, meskipun tidak saling mengenal secara langsung.
Setiap polisi di pertigaan, perempatan, persimpangan, dll dapat
dijadikan analogi atas sebuah router, sang pengatur lalu lintas.
Sebaiknya kita tidak perlu memikirkan U-turn (bhs indonesianya apa?),
karena saya belum menemukan padanan yang tepat. Ah entahlah, ada ide?
Suatu ketika, Robby (misalnya) yang tinggal
di Jl. Anu no 31 Timbuktu, Mali, Afrika Barat ingin memberikan sesuatu
pada Denny yang tinggal di Jl. Itu no 53 Lima, Peru, Amerika Selatan.
Yang harus dilakukan Robby pertama kali adalah memeriksa
tabel nama dan alamat orang sekomplek. Tidak menemukan alamat Denny di daftar
ARP
orang sekompleks, maka dia menuju default gateway (portal utama) yang
mengarah ke luar gang atau kompleks. Saat melewati portal,
bertanya pada
polisi atau satpam,
Robby mendapati bahwa dia (satpam) pun merasa tidak pernah tahu ada
Denny di sekitar jalan itu, sehingga Robby diarahkan untuk menuju jalan
raya. Sesampainya di jalan raya, Robby pun mendapati bahwa polisi di
jalan raya tidak tahu ke mana harus pergi ke kota Lima, Peru, maka Robby
pun lagi-lagi diarahkan menuju ujung jalan ke jalan yang lebih besar,
yang ternyata merupakan jalan protokol.
Perlu kita ketahui, semua satpam dan polisi (atau router)
di seluruh dunia memiliki tabiat yang sama, yaitu jika tidak mengenal
atau mengetahui alamat yang dimaksud, maka mereka akan mengarahkan sang
penanya untuk pergi ke ujung jalan dan ke jalan yang lebih besar. Dalam
jaringan komputer, hal ini dikenal dengan istilah default gateway. Jika
router tidak tahu di mana sebuah alamat IP berada, maka dia akan
mengarahkan paket ke arah default gateway, atau alamat IP 0.0.0.0/0.
Begitulah seterusnya, sampai pada akhirnya dia sampai di suatu
persimpangan yang sangat besar, yang polisinya tahu ke mana harus
mencari alamat Denny. Polisi tersebut mengarahkan Robby menuju suatu
jalan, yang ternyata mengarah ke Amerika Selatan. Di Amerika Selatan,
Robby diarahkan oleh polisi setempat untuk menuju Peru. Begitu
seterusnya hingga Robby menemukan rumah Denny. Simpel kan, seperti
layaknya Pak Pos saat mengantarkan surat.
Untuk kembali ke rumahnya di Timbuktu, Robby harus mengulangi lagi
langkah demi langkah seperti awal, terutama karena polisi di Lima tidak
tahu harus ke mana untuk pergi ke Timbuktu
Jaringan itu sendiri luas, membentang di permukaan bumi. Tentunya
tipe jalan yang ada sangat beragam. Ibarat jalan darat, laut, dan udara,
ada banyak media yang digunakan dalam transmisi data. Sebut saja kabel
tembaga, serat optik, microwave, radio, dll. Seperti halnya di dunia
nyata ada jalan macet (bandwidth penuh), jalan memutar (multi-hop),
jalan bypass (one-hop), sampai jalan tertentu untuk daerah sulit
dijangkau (remote-site).
Untuk itu diperlukan polisi yang lebih mumpuni dalam mengatur lalu
lintas. Polisi itu harus mampu berbahasa global, tidak ketinggalan
teknologi, dan tidak mudah stres :p . Ya, routernya harus memahami
protokol (aturan) routing global (biasanya BGP) dan mampu menangani
traffic yang dikenakan padanya.
Untuk ke rumah Denny di Peru, Robby dari Timbuktu memiliki beberapa
pilihan. Dia bisa lewat Aljazair, Perancis, New York, Texas, Panama,
untuk ke Peru. Atau bisa lewat Mesir, Arab, India, Singapura, Hawai,
Texas, Panama, lalu Peru. Terserah. Katakanlah karena memang Robby
termasuk kaya
, dia memiliki sangat banyak pilihan. Rumahnya memiliki landasan
pesawat dengan jet pribadi, jalan bawah tanah yang langsung terhubung ke
jalur-cepat-bebas-hambatan, jalur kereta bawah tanah dengan
shinkansen-nya, transporter satelit, pokoknya lengkap (kaya jee…).
Semuanya milik pribadi, alias dedicated line, tak lagi fakir bandwidth
dalam gang sempit dan jalan berbatu.
Beginilah jaringan komputer (dan jaringan internet) dibuat, untuk mempersatukan
Mengapa negara yang dilewati Robby tidak berurutan?
Misalnya dari India ke Singapura, lalu ke Hawai. Padahal ada Bangladesh,
Thailand, Malaysia, dan... Indonesia! Tentu saja karena jalur yang
dilewati memang melompat-lompat. Karenanya, perjalanan dari 1 router ke
router lain disebut sebagai hop (lompatan).
Pembagian wilayah (topologi) dalam jaringan internet memang sedikit
berbeda dengan pembagian teritori di bumi yang berdasarkan negara.
Contohnya Indonesia, walaupun berdiri sama tinggi dengan negara yang
lain secara de jure, namun faktanya jaringan internet kita sangat
bergantung pada infrastruktur "jalan" milik negara lain, di antaranya
Singapura, Malaysia, Australia, Amerika, Cina, serta beberapa negara di
Eropa. Untuk dapat menuju internet global, semua host di Indonesia harus
melewati negara-negara tersebut. Dapat dibayangkan jika salah satu dari
sekian "jalan penghubung" yang hanya sedikit itu terputus, maka bencana
bagi dunia internet kita.
0 komentar: